November 22, 2024

Junjung Tinggi Etika Jurnalistik, Ciptakan Perubahan Perilaku Masyarakat

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merupakan peristiwa sulit yang belum pernah dilalui di negara manapun, termasuk Indonesia. Dalam keadaan seperti ini, informasi yang kredibel dan terpercaya diperlukan untuk menjamin arus informasi yang bebas dari penyalahgunaan seperti misinformasi, disinformasi, ataupun malinformasi. Oleh karena itu, insan pers merupakan salah satu kunci sukses dalam penanganan pandemi, khususnya dalam menciptakan pemberitaan yang menjunjung tinggi etika jurnalistik sehingga mampu membawa perubahan perilaku masyarakat ke arah positif.

“Melalui program Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku ini saya percaya para peserta dapat menjadi garda terdepan untuk menciptakan pemberitaan yang menjunjung tinggi etika jurnalistik, serta pada akhirnya mampu membawa perubahan perilaku masyarakat demi mencegah penularan Covid-19,” tutur Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin pada acara Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku melalui konferensi video di kediaman resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta Pusat.

Pada acara yang bertema “Wartawan Sebagai Agen Perubahan Perilaku untuk Penanggulangan Pandemi Covid-19” ini lebih lanjut Wapres menyampaikan, perubahan perilaku bukanlah hal yang bersifat sesaat, namun harus menjadi suatu sikap yang dilakukan secara berkelanjutan. Sebab, setelah nanti pandemi dapat dilewati, gaya hidup bersih dan sehat tetap harus dijaga. Untuk itu, kontribusi insan pers sangat penting dalam mengedukasi masyarakat akan hal ini.

“Disinilah peran penting insan pers, terutama untuk mencerdaskan masyarakat, melalui pemberitaan yang edukatif, informatif, akurat, dan komprehensif dalam menggambarkan fenomena Covid -19 dan berbagai dampaknya. Dengan demikian, masyarakat semakin memahami cara-cara melindungi diri, keluarga, dan lingkungan sekitar secara tepat,” ungkap Wapres.

Di sisi lain, Wapres menegaskan, insan pers juga merupakan garda terdepan dalam menginformasikan program vaksinasi kepada masyarakat secara luas. Sehingga, dalam menyuguhkan informasi mengenai vaksin Covid-19, insan pers perlu menyertakan data dukung dan penjelasan ilmiah dari para pakar agar mampu menumbuhkan kesadaran dan keyakinan masyarakat akan manfaat vaksin.

“Secara khusus, saya juga ingin meminta dukungan para insan pers untuk turut mendukung kelancaran diseminasi informasi vaksin yang telah kita nantikan bersama, dengan terus menyemarakkan semangat #VaksinasiUntukNegeri (tagar vaksinasi untuk negeri) melalui pemberitaan-pemberitaan yang sesuai,” tegas Wapres.

Pada kesempatan yang sama, Wapres juga menyampaikan, hasil survei literasi digital Kementerian Komunikasi dan Informatika pada bulan November 2020 mencatat bahwa media sosial menjadi sarana utama bagi masyarakat dalam mengakses berita dan informasi, disusul oleh televisi, situs berita online, situs resmi pemerintah, media cetak, dan radio. Melihat tingginya popularitas sosial media tersebut, Wapres mengimbau agar insan pers dapat memanfaatkan platform media sosial dengan baik dan bijak dalam mendiseminasikan informasi ke masyarakat.

“Di era popularisasi platform digital kini, insan pers harus semakin cermat dan profesional dalam mengabarkan informasi-informasi di media digital yang tidak saja harus benar, namun juga berkualitas dan bermakna,” imbau Wapres.

Menutup sambutan, Wapres berpesan, agar segenap insan pers sebagai sosok jurnalis perubahan perilaku, dapat menjadi rujukan informasi utama serta mampu menghadirkan jurnalisme harapan bagi masyarakat agar tetap patuh terhadap protokol kesehatan.

“Semoga kolaborasi ini dapat membuahkan hasil nyata bagi masyarakat Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Saya berpesan, tetaplah menjaga diri selama bertugas, jangan kendor dengan protokol kesehatan, terutama saat melakukan peliputan ke lokasi atau daerah yang beresiko tinggi,” pungkas Wapres.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh, menyampaikan bahwa penanganan pandemi Covid-19 tidak bisa dilakukan sendiri, namun memerlukan partisipasi dan empati publik. Oleh karena itu, Dewan Pers dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berinisiasi untuk menyelenggarakan program Fellowship Jurnalisme untuk Perubahan Perilaku Masyakarat ini.

“Urusan Covid-19 ini tidak mungkin dilakukan sendiri, sehingga yang paling mahal adalah menumbuhkan partisipasi publik, menumbuhkan empati publik, dari situlah Kami dengan Kepala BNPB merumuskan salah satu program yaitu Fellowship Jurnalisme untuk Perubahan Perilaku ini,” ujar Muhammad Nuh.

Pada kesempatan yang sama, Kepala BNPB Doni Monardo, menyebutkan bahwa Satuan Tugas (Satgas) penanganan Covid-19 mengapresiasi dan merasa sangat terbantu dengan adanya program Fellowship Jurnalisme. Khususnya karena banyaknya berita yang tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan beredar di masyarakat, sehingga Satgas menghadapi kesulitan untuk melakukan koreksi terhadap berita-berita tidak benar tersebut. Namun, saat ini BNPB terbantu dengan hadirnya wartawan yang tergabung dalam Fellowship Jurnalisme ini.

“Satgas (penanganan Covid-19) sangat terbantu dengan adanya program ini karena sebelum adanya program ini sangat banyak berita-berita yang menyimpang dari fakta dan kenyataan. Satgas sangat kesulitan untuk mengoreksinya, tapi sejak tiga bulan kami dibantu oleh teman-teman wartawan yang tergabung dalam Fellowship Jurnalisme,” tutur Doni.

Sebagai informasi, acara Pembekalan Peserta Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku ini diselenggarakan atas kerja sama Dewan Pers dan Satgas Covid-19 dan melibatkan unsur pers dari media-media yang ada di Indonesia serta mengajak seluruh peserta untuk menjadi agen perubahan perilaku di masyarakat.

Hadir dalam acara tersebut diantaranya Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga merupakan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia Atal S. Depari, serta sekitar 4.400 wartawan di seluruh Indonesia yang mengikuti baik melalui platform Zoom Meeting dan kanal YouTube BNPB Indonesia.