April 16, 2024

Internet, Primadona Kala Pandemi

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan tulang punggung sektor telekomunikasi di tanah air. Pembangunan infrastruktur TIK menjadi tanggung jawab negara dalam menjamin hak setiap orang di republik ini dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi.

Itu sesuai dengan amanat konstitusi, Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945. Di mana, setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Dari pembangunan infrastruktur TIK tadi, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika telah membangun 224.573 kilometer kabel serat optik bawah tanah dan 123.869 km kabel berbentuk Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL). Itu masih belum termasuk akan dikebutnya pembangunan 4.200 menara penguat sinyal atau base transceiver station (BTS) di seluruh Indonesia pada 2021.

Infrastruktur TIK itu dibangun terutama untuk membuka keterbatasan telekomunikasi terutama dalam mengakses internet di seluruh Indonesia. Mengutip data Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo, setidaknya masih ada sebanyak 70 juta penduduk Indonesia yang belum dapat mengakses layanan internet dengan platform 4G. Mereka berada di 12.548 desa dan kelurahan di seluruh tanah air.

Sebanyak 9113 desa atau kelurahan tadi berada dalam kategori terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Sedangkan sebanyak 3.435 desa dan kelurahan lainnya berada di luar kategori 3T. Kementerian Kominfo bersama BAKTI menargetkan pada 2022 nanti seluruh desa dan kelurahan tadi sudah dapat mengakses internet berbasis 4G. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengakses layanan jaringan internet akan menciptakan banyak peluang terutama dari sisi edukasi dan bisnis.

Sejak merebaknya pandemi 1,5 tahun belakangan ini ikut mengubah perilaku di masyarakat mulai dari cara bekerja, beraktivitas belajar, bertransaksi, dan berkonsumsi. Jika semula semua bisa dikerjakan dengan mengandalkan kontak fisik atau offline. Tetapi dengan adanya pandemi, berubah menjadi serba online karena semua kegiatan harus dibatasi termasuk bekerja dari rumah (work from home) dan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Penggunaan aplikasi online melesat mencapai 442 persen terutama untuk keperluan belajar, bekerja, dan konsultasi kesehatan. Aplikasi seperti Google Meet dan Zoom menjadi yang paling pesat pemanfaatannya. Dari data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, ada sebanyak 68.729.037 siswa belajar dari rumah dengan memakai kedua aplikasi tadi.

Menurut pemerhati TIK dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ismail Cawidu, pandemi telah membuat teknologi internet menjadi hal yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Utamanya, untuk keperluan edukasi dan bisnis di mana ada sebanyak 16,83 persen masyarakat tercatat menggunakan internet untuk melakukan aktivitas perdagangan (e-commerce). Sebanyak 37 persen lainnya digunakan bagi kelancaran pekerjaan.

“Semua bermodalkan telepon seluler (ponsel) atau laptop dan kekuatan paket data. Tetapi tidak sedikit pula dari masyarakat kita yang hanya memanfaatkan internet untuk keperluan update status di media sosial,” katanya ketika menjadi pembicara dalam webinar yang digelar Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kominfo, Selasa (13/7/2021).

Kendati diakuinya bahwa internet dapat mengubah seseorang sebagai pembuat berita (news maker) atau dapat mengetahui berita (news getter) dalam seketika. Namun tak sedikit pula menyebabkan makin kaburnya ruang pribadi yang dimiliki oleh masyarakat. Padahal, katanya lagi, internet sejatinya dapat dijadikan ruang edukasi, yaitu mencari informasi-informasi yang bermanfaat.

Misalnya, peluang mendapatkan beasiswa belajar baik di dalam dan luar negeri, dan sarana mendapatkan pengetahuan dan kreativitas baru. “Itu sebabnya dari kemajuan internet ini lahir banyak sekali youtuber dan para content creator karena mereka mampu menjadikan internet sebagai ruang berkreasi yang positif. Saya akui bahwa pemanfaatan internet belum sebanding dengan pengetahuan masyarakat mengenai internet itu sendiri,” kata pria yang pernah menjabat Kepala Pusat Informasi Kehumasan Kesekjenan serta Sekretaris Ditjen IKP ini.

Karenanya, ia menyarankan agar para pengguna internet untuk memahami literasi berinternet yang baik. Ciri literasi tinggi dalam berinternet salah satunya mampu membaca, mengolah, memilih, dan menyaring serta mengambil manfaat dari setiap informasi yang diperoleh. Ini harus ditunjang dengan kemampuan menggunakan semua fasilitas yang disediakan di perangkat TIK seperti membaca lambang dan simbol, grafis dan hal lainnya yang berhubungan dengan multimedia.

Pemerintah sendiri membuka kesempatan kepada setiap warga negara untuk mengikuti program nasional literasi digital dengan target hingga 2024 nanti mampu menjangkau 50 juta orang. Salah satu program tersebut adalah Digital Talent Scholarship (DTS). “Kami di Papua sudah memulai dengan sejumlah pelatihan bagi para pemuda, salah satunya Business Bootcamp Jayapura yang diikuti 42 peserta dan menghasilkan 8 ide bisnis,” kata tokoh muda Papua Steve Rick Elson Mara dalam webinar yang sama.

Steve menyebut, saat ini ada sebanyak 2,9 juta orang di Papua aktif menggunakan internet untuk berbagai keperluan. Angka itu meningkat dibandingkan 2019 ketika baru terdapat 2,6 juta orang aktif berinternet. “Kami di Papua juga sudah aktif menggunakan berbagai platform aplikasi di internet untuk kepentingan berbisnis dan edukasi. Apalagi sejak pandemi penggunaannya juga makin meningkat,” kata Steve.

Anggota DPR RI Yan Permenas Mandenas menambahkan bahwa digitalisasi akan membantu para pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) terutama yang terdampak akibat adanya pandemi. Tindakan ini akan membuka peluang pelaku UMKM untuk mengakses pasar lebih luas, peningkatan omzet, dan product branding.

Yan menyebutkan, Komisi I DPR RI bersama mitra-mitra kerja termasuk Kementerian Kominfo berkomitmen bagi penciptaan ekosistem dan ekonomi digital di tanah air. Diharapkan dari komitmen ini akan terbentuk lebih banyak lagi masyarakat yang makin melek internet dan menggunakannya secara bijak untuk membantu aktivitas dan kehidupannya termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan.